FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKTERATURAN MINUM OBAT TB PARU PADA PASIEN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPEDES KOTA TASIKMALAYA
Sari
ABSTRAK
Tuberkulosis Paru (Tb paru) telah dikenal hampir di seluruh dunia, sebagai penyakit kronis yang dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara serius. Puskesmas Cipedes merupakan peringkat ke-2 terbanyak yang banyak mengalami kasus Tb paru pada tahun 2015 kasus Tb paru sebanyak 85 orang merupakan kasus baru, peringkat ke-1 terbanyak terjadi di Puskesmas Cihideung yaitu sebanyak 111 orang. Pada bulan Januari-Mei tahun 2017 di Wilayah Kerja Puskesmas Cipedes kasus Tb paru sebanyak 34 orang, dari jumlah tersebut sekitar 50% disebabkan karena penularan dari anggota keluarga yang pernah menderita Tb paru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ketidakteraturan minum obat Tb Paru pada pasien Tb Paru. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan crossectional, populasi dari penelitian ini adalah pasien Tb paru yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Cipedes Kota Tasikmalaya yang berjumlah pada bulan Mei-Juni tahun 2017 sebanyak 34 orang, teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling sebanyak 34 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, riwayat Tb paru, dan dukungan keluarga terhadap ketidakteraturan minum obat Tb paru di Wilayah Kerja Puskesmas Cipedes Kota Tasikmalaya.
Kata Kunci : Dukungan keluarga, jenis kelamin, ketidakaturan minum obat, Tingkat Pendidikan, tuberkulosis, umur
Teks Lengkap:
PDFReferensi
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad SR, Velhal GD. (2014). Study Of Treatment Interruption Of New Sputum Smear Positive TB Case Under DOTS Strategy. Int J Med Sci Public Health. 2014; 3(8): 977-981.
Depkes RI., (2011). TBC Masalah Kesehatan Dunia. Jakarta: BPPSDMK
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. Profil Kesehatan Kota Tasikmalaya Tahun 2016. Tasikmalaya: Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. 2017.
Dwi Siswoyo. (2008). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Pers.
Efendi Ferry & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Teori dan Praktek dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Gupta, K.B., Gupta, R., Atreja, A., Verma, M., Vishvkarma, S., 2009. Tuberculosis and Nutrition. Lung India.
Ihsan, Fuad. (2005). Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Kemenkes RI. (2011). Tentang Laporan situasi terkini tuberculosis di Indonesia tahun 2011.www.tbindonesia.or.id/pdf/2011/IndonesiaReport2011.pdf. Diakses: 24 April 2014.
Kemenkes RI. Tuberkulosis Temukan Obati Sampai Sembuh. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementrian RI. 2016.
Kulsum. (2014). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Ketidakteraturan Berobat Pada Penderita TBC Yang Mendapatkan Pengobatan di Puskesmas Bandarharjo Semarang Tahun 2014. Jurnal Kedokteran.
Kunoli J Firdaus. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: CV Trans Info Media.
Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian untuk Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Profil Kesehatan Indonesia. (2009). Tuberkulosis. http://www.infeksi.com, diakses 20 April 2014.
Setyowati. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Simamoro, J. (2004). Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Penderita TB Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004. Universitas Sumatera Utara.
Soekanto. (2010). Hubungan Sumber Penular Serumah dan Faktor Lain dengan Kejadian Penyakit TB Paru BTA (+) di Kabupaten Indramayu. Tesis Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat: Universitas Indonesia.
Syamsudin dkk, (2013). Buku Ajar Farmakoterapi Gangguan Saluran Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Taufan. (2008). Pengobatan Tuberculosis paru masih menjadi masalah.
Ubaidillah. (2001). Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakaturan Berobat Penderita TB Paru di Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan.
WHO. (20150. Global Tuberkulosis Report 2015. Geneva:WHO.
______. (2016). Global Tuberkulosis Report 2016. Geneva:WHO.
DOI: https://doi.org/10.54440/jmk.v4i1.98
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
##submission.copyrightStatement##
VISITOR View My Stats